Itinerary Liburan 4H3M di Kuching, Menjelajahi Permata Ramah Muslim di Malaysia

Pernahkah kamu pergi ke Kuching, Sarawak? Ya, saya pernah. Jujur saja, tempat ini jauh lebih luar biasa dari yang saya bayangkan! Apakah kamu ingin tahu asal nama Kuching, tempat wisata apa saja yang wajib dikunjungi, dan kuliner apa yang wajib dicoba di kota ini? Teruslah membaca karena saya akan bagikan sisi terbaik Kuching dalam artikel ini.

Itinerary Liburan Ramah Muslim 4 Hari 3 Malam di Kuching, Sarawak

Hari pertama: Dewan Majlis Bandaraya Kuching Selatan → Brooke Gallery di Fort Margherita → Mom’s Laksa → Hilton Kuching → KopiCut → Kuching Waterfront

Perjalanan dari Bandara Internasional Senai, Johor Bahru (JHB) menuju Bandara Internasional Kuching (KCH) membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan pesawat AirAsia. Meski penerbangan pagi cukup membuat saya sedikit mengantuk, namun Halal Santan Inflight Menu yakni Grilled Peri Chicken dengan Jollof Rice berhasil membuat kantuk hilang di sepanjang perjalanan.

Itinerary Liburan di Kuching, Malaysia

Pesawat akhirnya mendarat di Bandara Internasional Kuching sekitar pukul 09.00 waktu setempat. FYI, bandara ini berada sekitar 11 kilometer di selatan Kuching City Centre. Oleh karena itu, tujuan ideal untuk kamu dikunjungi pertama kali adalah Dewan Majlis Bandaraya Kuching Selatan. Di sini pemandu wisata kami, Kak Lin yang luar biasa ini membawa saya dan tim ke Pictorial Gallery & Resource Centre.

Dewan Majlis Bandaraya Kuching Selatan (Pictorial Gallery & Resource Centre)

Dewan Majlis Bandaraya Kuching Selatan

Tahukah kamu bahwa bentuk dari atap aula ini terinspirasi dari bunga resmi kota tersebut, bunga lili canna?

Sik kenal, maka sik cinta (Tak kenal, maka tak sayang). Oleh karena itu, ada baiknya kamu ketahui dahulu sejarah kota Kuching sebelum menjelajahinya. Yang paling menarik perhatian saya adalah ketika Kak Lin mulai berbicara tentang sejarah Sungai Kuching. Nama tersebut berasal dari buah “mata kucing” dalam bahasa Melayu.

Ada banyak pohon “mata kucing” di sebuah bukit di tepi timur sungai yang disebut Bukit Mata Kucing. Dari pohon inilah bukit tersebut dan sungai di sekitarnya mendapatkan namanya! Jadi, jika kamu berpikir nama tersebut ada hubungannya dengan hewan kucing, maka kamu salah. Selain itu, kamu juga dapat melihat foto-foto Kuching tempo dulu pada tahun 1800-an yang tidak akan kamu temukan di tempat lain, kisah-kisah menarik dari para pahlawan Sarawak seperti Rosli Dhoby, dan masih banyak lagi.

Itinerary Liburan di Kuching, Malaysia

Berfoto bersama seluruh tim sebelum berangkat ke destinasi selanjutnya (clue: berwarna putih dan tampak seperti kastil).

Brooke Gallery di Fort Margherita

Brooke Gallery di Fort Margherita

Berjarak 15 menit dengan berkendara mobil dari balai kota terdapat Brooke Gallery di Fort Margherita (Benteng Margherita). Saya dapat melihat dengan jelas bangunan putih seperti kastil dari tempat kami parkir dan bangunan itu semakin tampak lebih indah jika dilihat dari dekat. Masuklah ke dalam dan Brooke Gallery akan menyambut kedatanganmu dengan pintu terbuka. Tempat ini menampilkan sejarah Sarawak dan ‘White Rajahs’ (raja berkulit putih) lengkap dengan lahirnya dan perkembangan Sarawak selama era Brooke.

Brooke Gallery di Fort Margherita

Dari kiri: tangga spiral, tiang bendera tertinggi yang terlihat dari atap, halaman eksekusi

Terdapat tangga melingkar yang menghubungkan semua lantai ke atap gedung. Dari atap saya melihat bendera tertinggi di Malaysia dan Asia Tenggara, kemegahan Sarawak State Legislative Assembly Building, yang memiliki pemandangan 360 derajat Sarawak River dan cakrawala kota negara bagian yang indah. Pemandangan di sini benar-benar sangat cantik!

Sebelum pergi, saya juga sempat mampir ke halaman eksekusi khusus di dalam benteng, tempat para penjahat dan bajak laut dieksekusi.

Mom’s Laksa

Mom’s Laksa

Foto ketiga: Laksa Ambal Udang Sotong

Tak lengkap liburan ke Kuching jika belum mencicipi kelezatan laksa sarawak. Saya cukup beruntung dapat menikmati salah satu yang terbaik di Mom’s Laksa Jalan Haji Taha yang pemiliknya adalah seorang Muslim. Tidak hanya porsinya yang besar, cita rasa menu mereka mampu membuat siapapun menjadi pelanggan tetap dalam sekejap.

Menu andalan mereka adalah Laksa Ambal Udang Sotong. Untuk kamu yang belum tahu, ambal merupakan sajian berupa siput buluh, sejenis siput bercangkang memanjang yang dapat dimakan dan merupakan salah satu seafood populer di Sarawak. Cobalah atau jika kamu tidak menyukai siput buluh, maka kamu dapat memesan Laksa Pattaya yang tak kalah lezat. Hidangan ini benar-benar worth it dengan harganya!

Tak hanya itu, kamu juga dapat memesan menu menarik lainnya seperti pasta laksa sarawak dan kolo mee instan yang jadi favorit untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan orang yang kamu sayangi.

Hilton Kuching

Hilton Kuching

Setelah menikmati makan siang yang lezat, saya akhirnya masuk ke kamar mewah saya di Hilton Kuching. Selain tempat tidurnya yang empuk dan lembut, saya tidak pernah bosan menikmati pemandangan dari jendela kamar! Bayangkan pemandangan Kuching Waterfront dari ketinggian yang lebih menakjubkan di malam hari.

KopiCut

KopiCut

Setelah shalat Maghrib, saya dan tim diajak ke kafe terdekat bernama KopiCut. Kafe ini tepat berada di seberang Hilton Kuching, jadi kami jalan kaki ke sana kurang dari tiga menit. FYI, salah satu pendiri kafe ini adalah Tn, Nordin Razali, seorang pramugara AirAsia yang baru saja pensiun (dia bahkan awet muda dan tidak terlihat umur aslinya). Kafe ini memiliki konsep yang unik di mana kamu dapat menikmati kopi, hidangan lezat, dan juga potong rambut!

KopiCut

Di sini saya mencoba Kopi Tak Tun Tuang yang terkenal dan ini adalah keputusan terbaik yang pernah ada. Segelas es batu yang terbuat dari kopi dan secangkir susu hangat akan menyatu menghasilkan kualitas rasa luar biasa. Tambahkan susu di atas es dan lihat apa yang akan terjadi! Saya juga menikmati menu khas mereka yakni Rice Corned Beef dengan daging cincang yang yang menambah kualitas rasa nasi goreng.

Fakta menarik: Nama Kopi Tak Tun konon didapatkan dari sebuah lagu berjudul Tak Tun Tuang yang dipopulerkan oleh Upiak Isil.

Kuching Waterfront

Kuching Waterfront

Setelah mengisi perut dengan hidangan makan malam yang lezat, kami mengunjungi Kuching Waterfront yang berjarak hanya 11 menit berjalan kaki dari KopiCut. Saya benar-benar menikmati malam dengan berjalan-jalan di sepanjang jalan beraspal yang penuh dengan lampu dan suara sape yang menenangkan yang dimainkan oleh seorang pemain musik jalanan.

Kamu juga harus berjalan-jalan di sepanjang Darul Hana Bridge atau Jembatan Darul Hana saat berada di sini. Tapi, tahukah kamu jika jembatan ini berbentuk seperti huruf “S” sebagai simbol dari huruf depan Sarawak? Dua menara jembatan juga akan kamu lihat yang bentuknya seperti burung rangkong badak. Benar-benar keindahan arsitektur yang menarik perhatian.

Malam semakin lebih syahdu ketika kami menyaksikan Darun Hana Musical Fountain atau Air Mancur Musikal Darul Hana yang indah. Pertunjukan air mancur ini menampilkan berbagai pertunjukan air termasuk api gas dan water screen yang dilengkapi dengan lampu neon berwarna-warni dan alunan musik. Sungguh pemandangan yang menakjubkan untuk kamu lihat!

Hari ke-2: Semenggoh Wildlife Centre → Annah Rais Longhouse → Royal Kuching Cruise → Topspot (Stall no. 25)

Semenggoh Wildlife Centre

Semenggoh Wildlife Centre

Sebelum memulai berbagai aktivitas di hari kedua, kami mengisi perut dengan sarapan pagi di hotel. Destinasi pertama kami mengunjungi Semenggoh Wildlife Centre yang populer dengan kesuksesan program rehabilitasi orangutan. Saya tidak tahu bahwa kemunculan orangutan di sana merupakan sebuah keberuntungan dan tidak ada jaminan bahwa kamu dapat melihatnya saat mengunjunginya.

Semenggoh Wildlife Centre

Kabar baiknya keberuntungan ada di pihak kami saat itu. Kami dapat melihat tidak hanya satu atau dua, tapi tujuh orangutan sekaligus! Mereka akhirnya keluar saat sesi makan melakukan beberapa gerakan akrobatik.

Sebagai informasi, semua orangutan di sini memiliki nama dan biografi yang tersimpan dengan baik. Seperti orangutan di foto kanan memiliki nama Anakku. Sedangkan orangutan tertua berusia 52 tahun di sana bernama Seduku dan kini masih hidup serta sehat. Sebagai catatan, jika kamu ke sini maka kecilkan suaramu karena orangutan takut dengan suara keras.

TripZilla tips: Pastikan untuk selalu menjaga jarak 6 hingga 7 meter dari orangutan dan janganlah berdiri di bawah mereka untuk menghindari terkena kotoran mereka.

Annah Rais Longhouse

Annah Rais Longhouse

Foto kiri: seorang nenek sedang menjemur tapioka yang dipotong persegi; foto kanan: jemuran atau tali jemuran di rumah panjang

Pemberhentian selanjutnya adalah Annah Rais Longhouse atau Rumah Panjang Annah Rais, salah satu tempat favorit saya selama perjalanan ini! Butuh waktu sekitar 43 menit dengan berkendara dari Semenggoh untuk sampai ke rumah panjang berusia ratusan tahun yang masih terawat dengan baik ini. Rumah ini berdiri dari belian (atau kayu besi) dan bambu yang menjadi rumah bagi lebih dari 80 keluarga Bidayuh.

Annah Rais Longhouse

Salah satu yang menarik di sana adalah Panggah atau Rumah Kepala. Tempat ini benar-benar sesuai dengan namanya karena menyimpan tengkorak musuh yang ditangkap selama era perburuan kepala. Ya, kita berbicara tentang tengkorak asli di sini.

Annah Rais Longhouse

Bagian favorit saya dari kunjungan ini adalah pembuatan manok pansoh atau ayam yang dimasak dalam batang bambu. Hidangan ini dimasak dengan bahan utama seperti ayam, jahe, bawang putih, lengkuas, serai, dan tepus atau jahe liar.

Semua bahan tersebut dicampur dalam batang bambu dan diisi dengan air yang nantinya akan menjadi sup. Setelah itu, bambu dibakar selama sekitar 20 menit sebelum manok pansoh matang sepenuhnya.

Manoh pansoh yang baru matang dengan nasi beras merah adalah perpaduan cita rasa hidangan terbaik yang pernah saya cicipi di Kuching. Rasanya luar biasa dan jika digambarkan ini seperti sup ayam dengan rasa yang lebih kaya dan menggugah selera. Singkatnya, ini masakannya nang nyaman (hidangannya sangat lezat)!

Annah Rais Longhouse

Pengalaman menarik lainnya yang saya dapatkan di sini adalah menonton tari tradisional Bidayuh, diiringi alunan musik unik Pratuokng yang dimainkan oleh Arthur, seorang musisi tradisional yang disegani di rumah panjang. Saya bisa saja duduk diam dan menonton pertunjukan ini, tapi saya tidak bisa diam dan mencoba menari melingkar seperti burung pemalu yang mencoba melebarkan sayapnya untuk pertama kali. Ikuti musiknya dan menarilah.

Royal Kuching Cruise

Royal Kuching Cruise

Apa cara yang lebih untuk menghabiskan malam di Kuching selain mengarungi Sarawak River dengan Royal Kuching Cruise untuk melihat kecantikan matahari terbenam? Pelayaran katamaran berangkat pukul 17.30 dan membawa kami dalam perjalanan 1,5 jam dengan pemandangan indah, belajar budaya, dan pengetahuan sejarah sekaligus.

Royal Kuching Cruise

Foto kiri: dek bawah; foto kanan: dek atas

Kapal katamaran ini terdiri dari dek bawah dengan jendela besar dari lantai hingga langit-langit serta dek atap terbuka. Namun karena kami ingin melihat matahari terbenam, maka kami memilih untuk duduk di dek atas.

Royal Kuching Cruise

Di awal perjalanan saya mencicipi kek lapis Sarawak (kue lapis Sarawak) yang dikenal dengan penuh warna di setiap lapisannya. Sambil menikmati kek lapis dan minuman segar ini, kami dihibur dengan pertunjukan langsung tari tradisional Iban yang indah dengan alunan musik sape.

Saya dapat dengan jelas mendengarkan audio yang menjelaskan sejarah tempat yang kami lewati dalam bahasa Inggris. Salah satunya yang paling saya ingat adalah Pending Bridge, tol jembatan dua jalur dengan panjang 4 kilometer. Tempat-tempat penting lainnya yang harus kamu perhatikan adalah Astana, Kuching State Mosque, Old Court House, Fort Margherita, dan rumah panggung yang cantik.

Royal Kuching Cruise

Secara keseluruhan pemandangan matahari terbenam di sini benar-benar menakjubkan. Ditambah dengan suara gemricik air dan alunan musik adalah perpaduan yang sempurna!

Topspot (stall no. 25)

Topspot (stall no. 25)

Jika kamu lapar di malam hari, maka segeralah kunjungi Topspot Bukit Mata Seafood No. 25 untuk dapatkan pengalaman kuliner terbaik. Kami telah mencicipinya dan kami tidak menyesal sama sekali. Restoran semi terbuka yang terletak di Jalan Padungan dan stall no. 25 ini adalah tempat makan yang tepat untuk memesan makanan jika kamu menginginkan hidangan seafood segar dengan harga murah.

Topspot (stall no. 25)

Foto kiri: sertifikat Halal yang dimiliki oleh stall no.25; foto tengah: pancake tiram raksasa; foto kanan: set lengkap hidangan seafood dengan nasi

Harus kamu tahu bahwa sebagian besar restoran di Topspot telah bersertifikat Halal, namun stall no. 25 ini adalah juaranya dalam hal rasa. Ini adalah pertama kalinya saya makan Oyster Pancake jumbo dan rasanya benar-benar sangat lezat. Prawn Buttermilk, Sotong Kicap, dan Midin Tumis Belacan juga menu lainnya yang tak kalah menarik untuk kamu coba ketika pertama kali mengunjungi tempat ini.

Hari ke-3: Bako National Park → Mamasu Kek Lapis Sarawak Factory → Dewan Sri Bunga Rampai (Majlis Kebudayaan Melayu Sarawak)

Bako National Park

Bako National Park

Di hari ketiga ini saya sangat bersemangat dan bangun sangat pagi pukul 05.00. Tak lupa saya membawa bekal sarapan karena kami akan berangkat ke Bako Terminal pada pukul 06.00. Ya, kamu harus menempuh perjalanan setengah jam dengan speedboat dari terminal ke Bako National Park. Coba tebak? Kami bahkan sempat melihat sekilas bekantan jantan dalam perjalanan ke taman, tapi sayangnya kamera HP saya tidak bisa menangkapnya dengan baik.

TripZilla tips: Sebaiknya gunakan sepatu “kampong adidas” saat pergi ke Bako National Park. Sepatu ini terbuat dari karet sehingga anti air, anti lumpur, tahan lama, dan kokoh. Kamu dapat membeli sepatu ini di pasar lokal dengan harga kurang dari RM10 atau sekitar Rp 36.000 per pasang.

Bako National Park

Foto kiri: Pak. Tion mengajak kami ke Mangrove Trail; foto kanan: kami berjalan di sepanjang jalan setapak Pit Swamp Forest

Kami pertama kali diajak ke Mangrove Trail bagian dari taman nasional oleh Pak Tion, pemandu wisata kami di hari itu. Beliau menjelaskan bahwa mereka sedang aktif menanam kembali pohon-pohon tersebut karena Mangrove merupakan penghasil oksigen terbanyak di area tersebut.

Setelah itu kami berjalan di jalan setapak Pit Swamp Forest di mana kami melihat beberapa Pohon Mengkuang besar dan Pohon Durian Hantu. Menurut Pak Tion pohon-pohon yang berusia lebih dari 80 tahun di taman nasional biasanya sudah mati meskipun masih kokoh berdiri. Menakjubkan!

Bako National Park

Selanjutnya kami pergi ke spot ketiga dan yang paling ditunggu yakni jalur pendakian hutan! Menurut saya jalur ini cocok untuk pemula jadi kamu tak perlu khawatir karena bisa mendaki di jalur yang aman. Di sepanjang jalan kami menemukan pohon tumbang dan beberapa ikan lele air tawar di air yang jernih.

Bako National Park

Foto kiri: penampakan babi hutan; foto tengah: bekantan di pohon; foto kanan: ular berbisa Wragler’s Pit Viper

Berikut ini beberapa hewan yang terekam dengan kamera selama pendakian. Agak mengejutkan melihat babi hutan di taman nasional yang berperilaku jinak seperti kucing jalanan di kampung halaman saya. Mereka bisa berjalan berdampingan dengan manusia dengan tenang tidak seperti yang sering saya lihat di kampung halaman.

Bako National Park

Setelah melakukan pendakian, akhirnya kami melihat Bako National Park yang sangat indah. Jika kamu perhatikan dengan jeli maka kamu dapat melihat sisa-sisa “Cobra Head Sea Stack” yang ikonik namun runtuh di awal tahun ini.

Dan begitulah saya menaklukkan Bako National Park. Ini adalah pengalaman seru yang akan membuatmu untuk lebih banyak berolahraga dahulu sebelum mencapai tujuan.

Mamasu Kek Lapis Sarawak Factory

Mamasu Kek Lapis Sarawak Factory

Saya berharap kamu dapat mencium aroma dari foto-foto ini.

Di siang hari kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi pabrik kue lapis Sarawak terbaik di negara bagian ini, Mamasu Kek Lapis! Suatu kehormatan untuk dapat melihat proses pembuatan kue nasional ini dari awal dan melihat para ahli pembuat kue di dapur.

Harus kamu tahu jika setiap kue lapis ini memiliki 15 lapisan dan setiap lapisannya membutuhkan waktu rata-rata 15 menit untuk dipanggang. Untuk menghasilkan satu kue dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam proses pemanggangan, tapi sebenarnya rasa kuelah yang menentukan berapa lama waktu pemanggangan.

Mamasu Kek Lapis Sarawak Factory

Foto kiri: dapur steril tempat adonan disiapkan; foto kanan: aneka kek lapis Sarawak yang lezat

Kami tidak hanya diberi kesempatan untuk memasak setiap lapisan kue, tapi kami juga diizinkan untuk mencicipi aneka kek lapis Sarawak yang tampilannya sangat cantik. Pilihan kue terlaris mereka adalah Belacan, Lumut, dan Masam Manis. Andai saja saya bisa membawa pulang semua kue berbahan dasar coklat mereka. Mungkin lain kali!

Dewan Sri Bunga Rampai (Majlis Kebudayaan Melayu Sarawak)

Dewan Sri Bunga Rampai

Pengantin pria (kiri), asisten (tengah), dan pengantin wanita (kanan)

Di malam hari kami mengenakan pakaian adat lengkap berupa kacak Baju Melayu dan Baju Kurung di Dewan Sri Bunga Rampai Banquet Hall untuk Majlis Kebudayaan Melayu Sarawak. Puncak acara malam itu adalah acara “Makan Nasi Temuan.” FYI, makan “Nasi Temuan” adalah simbol pertemuan pertama antara pengantin pria dan pengantin wanita.

Sepasang pengantin duduk berhadapan terlebih dahulu dengan posisi pengantin pria duduk di sebelah kiri dan pengantin wanita di sebelah kanan. Untuk membantu pengantin, terdapat asisten yang duduk di tengah dan akan membantu membuka tutup wadah nasi. Proses ini terdiri dari 3 babak:

Babak 1 - Menyantap nasi ke mulut sendiri

Babak 2 - Menyantap nasi ke mulut sendiri

Babak 3 - Menyuapi nasi ke mulut pasangan

Siapapun yang menyuapi paling cepat dan memenangkan lebih banyak babak maka akan dinobatkan sebagai pemenang! Permainan ini begitu menyenangkan terutama saat melihat teman-teman kami mencobanya untuk pertama kali.

Fakta TripZilla: Kain merah yang dikenakan oleh pengantin wanita disebut “keringkam,” sejenis penutup kepala tradisional yang dikenakan oleh wanita di Sarawak.

Dewan Sri Bunga Rampai

Setelah pertunjukan prosesi Nasi temuan, kami menikmati hidangan Nasi Pengilan atau Nasi Kenduri yang terkenal di Sarawak dengan berbagai macam lauk tradisional yang lezat. Setelah perut kenyang, kami kami menutup malam dengan bersenang-senang menari khas tradisional.

Hari ke-4: Semadang Kayaking → Great Cat of Kuching di Jalan Padungan → Pulang ke rumah

Semadang Kayaking

Menikmati hari terakhir di Kuching, saya tahu bahwa hari ini akan menjadi hari terbaik dalam perjalanan ini! Saya belum pernah mencoba berkayak tetapi saya selalu ingin melakukannya. Dan saya sangat beruntung karena saya diberi kesempatan untuk melakukan hal yang luar biasa ini.

TripZilla tips: Saat tiba kamu harus mengisi formulir terlebih dahulu. Pastikan untuk mengisi alamat emailmu karena mereka akan mengirimkan foto-foto keren selama kamu berkayak dalam link Google Drive.

Semadang Kayaking

Berpose tenang sebelum petualangan yang sesungguhnya dimulai

Setelah instruksi lengkap dari para pemandu, kami harus membawa kayak kami ke titik awal. Saat kami mulai mendayung, sata tahu metode saya salah dan kayak kami mulai hanyut ke kiri dekat pohon bambu.

Hal berikutnya yang saya ingat adalah saya terengah-engah di bawah air karena panik. Saya pikir saya akan hanyut seperti pohon bambu dan kayak yang saya gunakan namun untungnya hal tersebut tidak terjadi.

Semadang Kayaking

Gwenchana~

Saat itulah saya tiba-tiba teringat apa yang telah dikatakan oleh instruktur. Saya hanya perlu meluruskan tubuh agar saya bisa mengapung! Jadi saya melakukannya dan saya berhasil mengapung. Untungnya salah satu teman saya dapat mengambil jaket pelampung saya dan saya akhirnya bisa melanjutkan perjalanan berkayak bersamanya sampai akhir.

Semadang Kayaking

Ada tiga checkpoint selama perjalanan. Yang pertama adalah air terjun tersembunyi yang mengharuskan kami turun dari kayak dan berjalan di antara bebatuan licin untuk melihat pemandangan surgawi ini. Yang kedua adalah tempat di mana kamu akan memberi makan ikan. Sedangkan yang terakhir adalah tempat di mana kami harus membawa kayak kami ke atas lereng.

Semadang Kayaking

Di antara pemberhentian kedua dan terakhir, kami harus melewati arus sungai yang cukup kuat sehingga kami harus menjaga kayak kami dengan kayuh lebih kuat. Tapi jangan khawatir, kami semua berhasil mengatasinya seperti seorang profesional!

Great Cat of Kuching di Jalan Padungan

Great Cat of Kuching

Kucing besar sudah bersiap untuk Natal!

The Great Cat of Kuching menjadi tempat pemberhentian terakhir kami sebelum terbang. Patung kucing putih setinggi 2,5 meter yang ikonik ini dikenal karena dihias untuk berbagai festival dan mewakili kerukunan antar ras di kota tersebut. Patung ini terletak di lalu lintas di ujung timur Jalan Padungan, tepatnya di luar Chinese ceremonial gate. Kak Lin memberi tahu kami bahwa patung ini wajib dikunjungi karena jika tidak maka kamu akan merasa seperti belum pernah pergi ke Kuching.

Pulang ke rumah

Itinerary Liburan di Kuching, Malaysia

Tak terasa sudah saatnya kami pulang dan meninggalkan kota Kuching yang menyenangkan ini. Tak lupa saya mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman saya, berharap kami dapat bertemu lagi suatu hari nanti. Saya pulang dengan pesawat AirAsia ke Johor Bahru dan menyantap Pak Nasser’s Nasi Lemak yang lezat untuk makan malam. Benar-benar sangat lezat!

Perjalanan ke Kuching ini benar-benar sangat menyenangkan bahkan lebih seru dari yang saya bayangkan. Saya pulang ke rumah dengan membawa kembali kenangan indah yang saya dapatkan selama perjalanan ini. Tidak sabar untuk kembali ke Sarawak dan menjelajahi lebih banyak wisata menarik lainnya segera mungkin!


Dipersembahkan oleh Sarawak Tourism Board.

Dipublikasikan pada


Tentang Penulis

Wira Dhini

Seseorang yang memiliki banyak mimpi. Hal yang selalu dilakukan adalah mencari tiket pesawat murah, backpacker ke tempat baru, menonton konser dan menonton drama Korea.

Brand Managers!

Ingin melihat merek atau bisnis kamu di website kami?

Hubungi kami sekarang

Berlangganan Milis TripZilla

Dapatkan tips dan berita travel terbaru!

Rekomendasi Artikel

Artikel Terbaru