Alat bantu ini akan membuat tidurmu di kereta, pesawat atau bus jadi lebih nyaman, deh!
Bulan Ramadhan sudah di depan mata, dan bulan ini menjadi yang paling ditunggu bagi umat muslim seluruh dunia. Namun, untuk penderita diabetes, menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan bisa menjadi tantangan tersendiri, karena bisa memengaruhi kesehatan.
Bukan tanpa alasan, berpuasa di bulan Ramadhan tidak hanya mengubah pola makan, tapi juga mengubah pola istirahat, yang pastinya semua itu akan memengaruhi metabolisme tubuh penderita diabetes.
Apa yang bakal terjadi? Dilansir dari sejumlah sumber, banyak hal yang mungkin terjadi jika terjadi gangguan metabolisme pada penderita diabetes, seperti hipoglikemi atau penurunan kadar gula dalam darah, hiperglikemi atau naiknya kadar gula dalam darah, ketoasidosis dan dehidrasi.
Selain itu, bagi penderita diabetes yang tetap menjalankan ibadah puasa biasanya akan mengkonsumsi kalori lebih banyak saat berbuka, yang kemudian berakibat pada penumpukan jumlah gula atau karbohidrat. Tentunya hal ini bisa menjadi sangat berbahaya.
Lalu, dengan banyak akibat yang mungkin terjadi bagi penderita diabetes pada kesehatan, apakah bijak bagi mereka untuk tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan?
Pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan melihat kondisi dan status diabetes yang dihadapi. Jika yang bersangkutan merupakan penderita diabetes kronis, ahli menyarankan mereka untuk tidak melakukan puasa.
Pertimbangan utamanya adalah seberapa lama kemampuan hati dalam menyimpan glukosa. Bagi yang tidak menderita diabetes, adakeseimbangan antara insulin dan hormon lain, yang akan membantu untuk menjaga level glukosa dalam darah. Namun bagi penderita diabetes, ada risiko terjadi hipoglikemi, dan ketika penderitanya berbuka puasa, ada kenaikan yang cukup cepat kadar glukosa dalam darah, yang berisiko pada kesehatan mereka. Karena itu penting sekali untuk meminimalkan risiko kenaikan signifikan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan ada kenaikan lima kali lipat kasus hipoglikemi bagi penderita diabetes tipe 1 saat Ramadhan, dan tujuh kali lipat pada penderita diabetes tipe 2. Karena itu, bagi penderita diabetes yang ingin tetap menjalankan ibadah puasa saat Ramadhan harus mengikuti saran dari dokter untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Bagi penderita diabetes yang tetap ingin berpuasa di bulan Ramadhan, mengikuti saran dokter atau ahli gizi menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Program diet yang disarankan dan diprogramkan bisa membantu untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi selama puasa.
Dari hasil penelitian, dokter dan ahli gizi akan menyarankan penyesuaian baik pada pola makan dan pola istirahat. Untuk pola makan, menu akan diatur sedemikian rupa, yang mana bisa diikuti oleh seluruh penderita diabetes, yaitu:
Mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang seimbang, baik itu karbohidrat, protein dan lemak.
Mengonsumsi nasi putih bisa menjadi masalah tersendiri bagi penderita diabetes. Karena itu, asupan karbohidrat harus tepat, maksudnya memiliki sistem glikemik yang rendah dan tinggi erat, seperti beras basmati, roti gandum dan oats. Bahan karbohidrat ini harus dikonsumsi secara rutin dengan interval waktu yang tepat antara sahur dan buka puasa.
Memiliki porsi makan yang seimbang akan sangat membantu, contohnya, dengan mengadopsi konsep MyPlate, yaitu seperempat untuk karbohidrat (bisa nasi, roti gandum), seperempat untuk protein (ikan, telur atau ayam) dan setengah untuk sayur dan buah.
Penderita diabetes harusnya paham dengan DSF, dan menerapkan formula ini saat sahur menjadi hal yang penting untuk memastikan tercukupinya level nutrisi dan meningkatkan gula darah saat berpuasa.
Mengonsumsi air yang cukup, terutama air putih, saat berbuka puasa dan sahur, dan saat berada di antara waktu tersebut.
Selain melakukan penyesuaian di atas, teknik dan metode berbuka puas bagi penderita diabetes juga harus diatur sedemikian rupa, dan secara umum bisa diikuti oleh semua orang. Saat berbuka puasa, akan lebih baik mengonsumsi buah-buahan terlebih dahulu sebelum beralih ke nasi atau protein. Teknik ini bisa meminimalkan risiko naiknya gula darah saat berbuka puasa.
Setelah berbuka dengan makanan ringan, sholat magrib bisa dilakukan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi makanan yang lebih berat, namun dengan tetap mengikuti standar kesehatan. Hal ini penting untuk menghindari masuknya makanan dalam jumlah berlebihan dalam satu waktu.
Bolehkah ngemil di tengah waktu antara buka puasa dan sahur? Boleh saja, asalkan camilan yang dikonsumsi memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti buah kering, roti gandum dan tidak mengonsumsi junk food.
Dengan sejumlah informasi di atas, untuk penderita diabetes, yang paling utama adalah mengikuti petunjuk ahli gizi atau dokter yang dipercaya agar bisa menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini. Melakukan pemeriksaan kondisi tubuh atau check-up tentunya akan sangat membantu untuk menentukan diet seperti apa yang aman bagi penderita diabetes dalam menjalankan ibadah puasa nanti.
Baca juga: 86 Tempat Ini Bisa Kamu Kunjungi Untuk Melihat Hilal Awal Ramadhan 1442 H
Nah, sudah tahu bahwa penderita diabetes masih bisa puasa di bulan Ramadhan, kan?
Dipublikasikan pada
Dapatkan tips dan berita travel terbaru!
Alat bantu ini akan membuat tidurmu di kereta, pesawat atau bus jadi lebih nyaman, deh!
Tanpa delapan barang ini, kamu mungkin tak akan selamat saat liburan saat heatwave.
Agar tidak mengeluarkan biaya, penumpang AirAsia diharapkan tidak melakukan check in di counter yang ada di bandara dan melakukannya secara online.
Dengan membeli AirAsia Unlimited Pass sebesar 1,5 juta rupiah, traveler bisa terbang domestik berkali-kali hingga Mei 2021. Tertarik mendapatkannya?
Menginap di Sa Pa Vietnam dan jelajahi pesonanya dengan cable car
Universal Studio Jepang Hadirkan Atraksi Terbaru Donkey Kong Mulai Desember 2024
Sensasi meleleh, renyah, gurih yang membuat orang tergila-gila
Perpaduan interior keren dan kue cantik!
PIK 2 di Tangerang, destinasi hiburan serba ada dan anti mati gaya
Indahnya perpaduan kota modern dan tradisional.