Menambah wawasan sambil berlibur di Paris, kenapa tidak?
Indonesia terkenal dengan kekayaan budaya yang beraneka ragam, entah itu suku, agama, pola kehidupan atau kebiasaan yang rutin dilakukan oleh masyarakat. Sejak zaman dahulu, jauh sebelum masa kolonial berlangsung berbagai romansa kehidupan tercipta di Indonesia termasuk Kota Cirebon. Wilayah yang juga disebut sebagai Kota Udang ini juga menyimpan sejarah, agama dan bukti sejarah penduduk masa lampau. Semuanya berharmoni menjadi satu, mengajarkan setiap warga dan wisatawan untuk mengenal jati diri para leluhur. Melalui wisata budaya kita diajak untuk mengenal rekam jejak, kisah, dan alur perjuangan nenek moyang untuk menciptakan jati diri bangsa. Maka dari itu, kini waktunya menjelajah wisata budaya Cirebon sebagai sarana edukasi.
Saat datang kesini, kamu akan disambut dengan dua patung harimau putih, sebuah legenda masyarakat Jawa Barat yang konon menjaga wilayah ini sejak dulu kala. Saat memasuki kompleks Keraton, terdapat bangunan yang cukup tinggi yang disebut sebagai Mande Pengiring yakni tempat para pengiring Sultan saat berjaga di dalam kompleks. Bentuknya seperti pendopo pesanggrahan yang sejuk, dikelilingi dengan rumput hijau di halaman dalam yang luas. Kamu bisa berfoto di area ini selama masih bisa menjaga kebersihan.
Menengok ke dalam ruangan pengunjung akan diarahkan untuk melihat berbagai koleksi peninggalan sejarah keraton sejak tahun 1430 Masehi. Salah satu koleksi andalan di keraton ini adalah kereta Singa Barong. Konon katanya kereta tersebut merupakan kereta kencana milik Sunan Gunung Jati dan hingga kini menjadi ikon kebanggaan warga Cirebon.
Setiap area yang ada di Keraton Kasepuhan memiliki filosofi tersendiri, terutama memaknai ayat-ayat Al-Quran seperti tiang Mande Semar Tinandu yang melambangkan kalimat Syahadat. Jika kamu ingin berkunjung ke Keraton Kasepuhan kami sarankan untuk datang saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, sebab pada masa itu tim gamelan Keraton menggemakan iringan khas Cirebon.
Alamat: Jl. Kasepuhan No.43, Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45114
Jam operasional: Setiap hari, 08.00 – 17.00
Retribusi: 10,000 IDR untuk orang dewasa
Sama seperti halnya Yogyakarta, Cirebon memiliki lebih dari satu keraton, salah satunya adalah Keraton Kanoman. Pendiri dari keraton ini adalah Pangeran Kartawijaya, putra dari Sultan Abdul Karim dari Keraton Kasepuhan. Keraton Kanoman sangat kental dengan budaya Islam dan sering melaksanakan acara Grebeg Syawal seminggu setelah Idul Fitri. Maka dari itu jika kamu ingin merasakan Idul Fitri di Kota Sunan ini kami sarankan tetap berada di Cirebon hingga acara Grebeg Syawal berlangsung.
Keraton Kanoman juga tak kalah menarik dibanding bangunan lain, dengan gaya arsitektur Islam kental dengan nuansa warna putih. Halaman Keraton sangat luas, dengan pagar gapura khas yang bertakhta keramik. Ada pula barang-barang yang dipamerkan di Keraton Kanoman seperti Kereta Paksi Naga Liman sebagai kereta kencana kerajaan yang paling terkenal. Kamu juga bebas berfoto di halaman yang sangat luas, berkeliling melihat singgasana dan ruang pertemuan, dan berkeliling ke dalam museum keraton. Keraton ini kental dengan keramik khas Tiongkok.
Suasana di keraton juga sangat sejuk namun berada di lokasi yang kurang baik. Keraton ini tertutup oleh bangunan toko dan tersembunyi. Sebenarnya, ada sejarah tentang tata letak Keraton yang tersembunyi itu dan alangkah lebih baiknya kamu datang langsung ke sini dan mengetahui fakta menarik di dalamnya.
Alamat: Jl. Kanoman No.40, Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45111
Jam operasional: Setiap hari, 09.00 – 17.00
Retribusi: 10,000 IDR per orang
Agama Islam tidak mungkin berkembang seperti sekarang tanpa peran penting dari Walisongo, salah satunya dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Perannya terhadap persebaran agama Islam di Pulau Jawa masih sangat dihormati oleh umat muslim hingga saat ini.
Makam Sunan Gunung Jati hingga kini masih dibuka untuk umum yang ingin berziarah mendoakan almarhum yang dikuburkan di dalam bukit gunung sembung. Makamnya bersanding dengan sang istri, Putri Ong Tien Nio, salah satu anak dari kaisar di Dinasti Ming.
Kamu bisa melihat begitu banyak keramik khas Tiongkok yang bernuansa biru-putih. Begitu juga interior makam yang sarat akan atap serba kayu, keramik khas Tiongkok yang ditempel di tembok. Bentuk makamnya sangat khas seperti satu serangkaian bentuk arsitektur dengan Keraton Kanoman yang bernuansa putih. Pintu gerbang inilah yang sangat diminati orang-orang untuk berfoto bersama sanak saudara setelah mengunjungi makam. Daya tarik dari wisata budaya Cirebon ini adalah tidak hanya diperuntukan bagi warga muslim namun juga warga tionghoa yang menghormati Putri Ong Tien Nio sebagai leluhur dari Negeri Tirai Bambu.
Jika ingin melihat prosesi Grebeg Syawal dari Keluarga Keraton Kanoman, kamu bisa datang setelah tujuh hari Idul Fitri. Biasanya Keluarga Keraton Kanoman datang berziarah ke makam Sunan Gunung Djati, dan mengadakan syukuran dengan melempar koin kepada warga Cirebon yang sudah menunggu di halaman makam.
Alamat: Jl. Alun-Alun Ciledug No.53, Astana, Kec. Gunungjati, Cirebon, Jawa Barat
Jam operasional: Setiap hari, 24 jam
Retribusi: gratis
Masjid Merah Panjunan bukan sekedar masjid yang berdiri lama di Kota Cirebon, namun juga merupakan saksi bisu Walisongo sebelum menyebarkan Agama Islam. Berkunjung ke Masjid Merah Panjunan merupakan wisata budaya Cirebon yang sangat menarik, kamu bisa berfoto di sebuah bangunan Masjid dengan corak arsitektur bata merah seperti gapura Kerajaan Hindu Kuno.
Sunan Gunung Jati merupakan tokoh yang membangun Masjid Merah Panjunan, dengan corak keramik Tiongkok yang menempel di bagian depan gerbang. Pemandangan ini sangat menarik untuk dijadikan koleksi foto kamu, karena warna merahnya yang mencolok dan ornamen keramiknya yang sangat unik. Bangunan masjid terlihat sederhana namun berkesan, kamu bisa melihat beberapa ruangan yang memiliki makna filosofis.
Alamat: Jl. Panjunan No.43, Panjunan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat
Jam operasional: Setiap hari, 24 jam.
Retribusi: gratis
Jangan membayangkan kalau Gua Sunyaragi ini adalah gua alam. Sebenarnya Gua Sunyaragi adalah taman milik Keraton Kasepuhan. Konon katanya destinasi wisata budaya Cirebon ini merupakan area pesanggrahan milik Keraton Kasepuhan dengan berbagai sentuhan lanskap yang epik. Kini, bangunan Gua Sunyaragi terlihat artistik meski lahannya tidak seluas dulu kala.
Kamu bisa berfoto di antara celah bebatuan karang yang menjulang tinggi, atau sekedar bersantai di rumput dengan pemandangan halaman yang sangat luas. Kalau ingin mengetahui tentang sejarah taman Gua Sunyaragi ini, kamu bisa meminta salah satu pemandu wisata untuk menjelaskan secara detail. Area wisata Gua Sunyaragi kini sudah dilengkapi dengan kantin dan food court, jadi tidak perlu khawatir kalau tiba-tiba perut keroncongan.
Alamat: Jl. Brigjend Katamso, Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon.
Jam operasional: Setiap hari, 08.00 – 18.00
Retribusi: 5,000 IDR
Nama lain dari destinasi wisata budaya ini adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon. Menurut catatan sejarah masjid ini merupakan yang tertua di Kota Cirebon karena dibangun pada tahun 1480.
Selain menjadi tempat wisata rohani, penggemar sejarah dan budaya akan terkesima dengan fakta menarik seputar hubungan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon dengan Masjid Agung Banten. Jika kamu sudah berwisata ke Demak, mungkin akan melihat corak dan pola yang sama antara Masjid Agung Sang Cipta Rasa dengan Masjid Agung Demak. Bagi wisatawan yang beragama Islam, daya tarik dari Masjid ini adalah ubin bertanda khusus yang melambangkan tiga ajaran pokok agama yang dipasang oleh Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.
Alamat: Jl Kasepuhan, Komplek Kasepuhan Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Jam operasional: Setiap hari, 24 jam
Retribusi: gratis.
Menurut kisah yang beredar tempat ini dipengaruhi oleh mitos-mitos seputar kera yang tinggal di sekitar Petilasan Sunan Kalijaga. Namun wisatawan dari berbagai daerah setuju bahwa kera yang menghuni wilayah itu merupakan daya tarik wisata yang sulit didapatkan di Cirebon. Di sini kamu bisa bermain bersama kera-kera lucu yang tingkahnya menggemaskan, bahkan ada di antara mereka yang meminum minuman soda seperti manusia.
Pada bagian belakang petilasan, terdapat area makam murid kepercayaan Sunan Kalijaga dan sumur sebagai tempat untuk wudhu. Biasanya para peziarah berdoa dan merefleksikan tentang ajaran Islam dan berusaha mencari ketenangan dari suasana kota yang ramai. Bagi yang tidak mengunjungi makam, tak ada salahnya menghibur diri dengan melihat kera-kera lucu yang bergelantungan di pohon. Biasanya mereka sangat senang jika diberi kacang kulit dan air minum.
Alamat: Jl. Bhakti Abri, Kalijaga, Harjamukti.
Jam operasional: Setiap hari, 24 jam.
Retribusi: gratis
Area pertokoan Jalan Winaon terkenal sebagai kampung pecinan di Kota Cirebon. Etnis Tionghoa beserta keturunannya banyak yang menetap disana dan bertahun-tahun mengelola toko untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar. Pengaruh penduduk etnis Tionghoa di Cirebon tidak terlepas dari ekspedisi Cheng Ho dari Negeri Tirai Bambu.
Salah satu bukti sejarah dan eksistensi warga Tionghoa di Cirebon adalah Vihara Dewi Welas Asih, yang berdiri di kawasan Jl Kantor Panjunan. Tidak ada catatan yang pasti mengenai kapan Vihara ini berdiri, namun tempat ibadah ini sudah digunakan oleh umat Buddha sejak tahun 1559. Tradisi yang khas biasanya ada saat perayaan Cap Go Meh, sementara perayaan Imlek sangat ramai pada saat tengah malam. Ornamen khas Tiongkok kerap kali menjadi magnet tersendiri untuk swafoto, dan Vihara Dewi Welas Asih tetap menjaga arsitekturnya agar tetap klasik dan sama seperti awal mula dibangun.
Alamat: Jl. Kantor, Panjunan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat
Jam operasional: Setiap hari, 08.00 – 16.00
Retribusi: –
Bukti sejarah lain yang membuktikan bahwa multikultural di Cirebon sangat lekat adalah keberadaan Klenteng Ta Lang. Tempat ini dulunya merupakan tempat tinggal kru kapal Dinasti Ming saat berlabuh ke Jawa Barat. Beberapa di antaranya memilih tinggal dan berkeluarga, sehingga tidak kembali ke Tiongkok. Rumah ibadah untuk warga Konghucu sulit mereka temui hingga tercetuslah masyarakat setempat untuk merelakan masjid menjadi kelenteng. Jika kamu ingin tahu kisah menarik seputar rumah Ibadah yang sudah berdiri 500 tahun ini, ada baiknya datang ke Kelenteng Talang dan melihat-lihat fakta menarik seputar bangunan beserta pernak-perniknya.
Kelenteng Talang ini juga sangat menarik untuk dijadikan tempat berfoto, sebab bangunan arsitektur khas Tiongkok sangat terlihat jelas. Cat dinding serba merah dan emas, bertahta naga hijau, lampion-lampion warna merah dan kaligrafi huruf Mandarin berwarna emas.
Alamat: Jl. Talang No.2, Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat
Jam operasional: 08.00 AM- 20.00 PM
Retribusi: gratis
Dulunya gereja ini merupakan rumah ibadah bagi pekerja asal Belanda yang menggarap pabrik gula dan staff VOC di Cirebon. Gereja ini merupakan tempat ibadah umat Katolik yang tertua di Jawa Barat. Proses pembangunannya 100% didanai oleh tuan tanah bernama Louis Theodore Gonsalves, penduduk asli Portugis yang bermukim di Indonesia pada tahun 1800-an. Gereja ini adalah cikal bakal umat Katolik di Cirebon dan kisahnya tercatat dalam prasasti yang ditulis dalam bahasa Latin.
Kini Gereja Katolik Santo Yusuf Cirebon merupakan cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Tidak ada bagian bangunan yang berubah sejak awal dibangun, meski beberapa kali pemugaran dan perbaikan dilakukan pada bangunan yang rusak. Bentuknya sangat bergaya arsitektur Eropa dengan balkon paduan suara yang menghadap ke utara. Kamu bebas berfoto di area gereja dan bagian dalam gereja selama tidak menyentuh lantai altar.
Alamat: Jl. Yos Sudarso No.20, Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat
Jam operasional: Setiap hari, 08.00 – 16.00
Retribusi: gratis
Trupark Museum merupakan wisata budaya Cirebon yang sangat recommended buat kamu. Berisi beberapa koleksi seputar karya kesenian dari Kota Cirebon yang mungkin belum banyak warga Jawa Barat yang tahu. Sepanjang sudut museum dipenuhi dengan benda-benda kerajinan dari Kota Cirebon seperti topeng tanah liat, yang biasa dipakai oleh para penari untuk unjuk bakat saat acara hajatan.
Pengunjung diperbolehkan mengenakan baju kimono sambil berfoto di dalam museum. Setiap sudut Treepark Museum sangat instagenik dan sangat pas untuk menjadi tempat hiburan sekaligus wahana edukasi budaya untuk kamu kunjungi bersama keluarga.
Alamat: Weru Lor, Weru, Cirebon
Jam operasional: Setiap hari, 08.00 – 20.00
Retribusi: 45,000 IDR per orang
Baca juga: 14 Makanan Khas Cirebon Dan Tempat Terbaik Mencobanya
Menurut kamu, destinasi wisata budaya Cirebon yang mana yang paling menarik perhatian kamu?
Dipublikasikan pada
Dapatkan tips dan berita travel terbaru!
Menambah wawasan sambil berlibur di Paris, kenapa tidak?
Pecinta foto-foto, siapkan kamera kamu ya untuk 10 tempat instagrammable di Hong Kong ini!
Wisata kuliner di Malioboro, mengapa tidak? Kamu akan terkejut dengan variatifnya jenis makanan yang ada di jalanan paling ikonik di Jogja ini. Coba yuk!
Mengunjungi desa adat di Indonesia bisa jadi aktivitas wisata unik yang menyenangkan lho. Ini dia daftar 14 desa adat yang bisa kamu jadikan referensi.
17 pantai cantik di Malaysia ini pastinya akan menjadikan liburan impianmu kenyataan! Kamu mau ke yang mana?
Universal Studio Jepang Hadirkan Atraksi Terbaru Donkey Kong Mulai Desember 2024
Sensasi meleleh, renyah, gurih yang membuat orang tergila-gila
Perpaduan interior keren dan kue cantik!
PIK 2 di Tangerang, destinasi hiburan serba ada dan anti mati gaya
Indahnya perpaduan kota modern dan tradisional.